Punya Fobia Beduk, Gimana Ceritanya?

Halo pembaca setia blog ini. Hehe
Assalamualaikum 'wan kawan semua.
First of all, I want to say HAPPY EID AL-ADHA 1441 H to Moslems around the world, Hope you safely carry out the Hajj, and stay alert from Covid-19. Aamiiin.

Jadi postingan kali ini terinspirasi dari suara-suara takbir yang saya dengarkan di sepanjang jalan bermotor antara Sidoarjo ke Mojokerto. Bergulat dengan lalu lalang sepeda, pejalan kaki di pasar, motor berjejer seperti semut, sepanjang jalan besar yang berlawan mobil, truck, dan trailer. Waduh penuh padat banget sampai-sampai lupa diri dan kadang gak sadar perjalanan saya sudah sejauh ini. Seketika di tengah-tengah perjalanan saya disadarkan oleh suara beduk di salah satu masjid besar yang saya lewati. Auto nyebut dalam hati "Astaghfirullah" (maksudnya lagi kaget ini guys!)

Saya jadi ingat cerita masa kecil saat saya masih lucu-lucunya, polos-polosnya, saking polosnya sampai girap-girap dengerin suara beduk. Entah ini saya yang baru tau namanya beduk atau emang beduk semenyeramkan itu bagi saya? Btw, ada yang bingung gak sih beduk itu apa?
Picture by @Aswata
be•duk. n gendang besar di surau atau masjid yang dipukul untuk memberitahukan waktu sholat. Jadi beduk ini menghasilkan suara-suara gendang yang bunyinya lebih menggelar dibanding gendang biasa. Wuih

Memang samar-samar ingatan saya tentang beduk yang menjadi benda menyeramkan dan suara yang mengerikan di masa itu. Kurang jelas mungkin sekitar TK hingga menuju pertengahan SD. Banyak kenangan unik tentang ketakutan saya terhadap beduk. 

Memori yang paling saya ingat adalah ketika malam lebaran Hari Raya Idul Fitri, entah tahun ke berapa. Kalau gak salah itu pertama kalinya lebaran di rumah Mojokerto, tiba-tiba ada suara takbir keliling sambil diiringi pukulan gendang, beduk, dan rebana. Saya yang masih gembeng anak mama, nangis sejadi-jadinya dan sembunyi di pojokan kursi ruang tamu sambil ngedot.

Kedua saat lebaran di kampung simbah, saya paling sering lebaran disitu dan selalu nangis ketakutan setiap beduk dibunyikan. Malah di masjid dekat rumahnya simbah ini ada beduk gede yang sampai sekarang masih kokoh berdiri. Dulu mana berani deket-deket sana, sudah parno duluan kalau diajak ke masjid.

Ketiga pernah berusaha melawan dengan cara deketin beduk, udah berani nih deketin, pas giliran dipukul auto kebirit-birit kabuuurr. Ya gimana ya rasanya, kayak seremnya kalian pas parno ketemu setan gitu deh.

Duh, random banget ya bahasan saya soal beginian? Hehe maafkeun lagi stagnan ide dan emang serandom itu pikirannya pas di jalan. Sebenernya banyak banget ide tulis-menulis yang saya dapati sewaktu bermotor, tapi eh tapi sejauh manapun perjalanan saya, sebanyak apapun idenya, bakal ilang seketika pas udah turun motor. Lupa soalnya! Hihi Sampai-sampai kepikiran apa harus berhenti di tengah jalan buat sekadar nulis sebaris doang? Boleh juga sih, cuma kalah sama takutnya! Takut sendirian, takut ketemu orang banyak, takut dibegal, takut ada yang liat, tapi lebih takut kena omongan pedas orang sih. Huhu

Mohon maaf ya guys kontennya agak aneh kayak orangnya. Sekian dulu dari saya, sampai ketemu di tulisan berikutnya~

Kalau ada yang tanya "sekarang masih takut sama beduk gak gi?"

Saya : "Sudah biasa rek"

Tidak ada komentar

Posting Komentar