Lelahku Lelahmu Terbayarkan

Bukan lelahmu yang lebih besar dari lelahku,

Atau juga sebaliknya

Percayalah kita berada pada posisi dan porsi lelah masing – masing

Dengan cerita dan kejadian yang tak bisa kita campur adukkan

Hanya jika kita bisa masuk ke dalam sebagian kecil kehidupan seseorang

Kamu sudah merangkai cerita panjang, aku pun demikian

Yang jelas lelahmu maupun lelahku nanti akan terbayarkan

Perasaan Kembali

Kau tau apa yang ada dalam kotak kecil ini?
Kecil tapi memiliki arti
Yang berisikan ceritaku, citaku
Yang berkumpulkan bahagiaku, sedihku
Indah, sampai tak sanggup untuk pergi
Cantik, dan selalu ingin kembali

Apa kau ingat pertama kalinya?
Aku ingin membuang isinya
Ku bersihkan semua sisanya
Menutup dan membuka lagi
Bukan yang sama,
Sempat tak ada lalu kembali
Tapi ini beda,
Aku bisa biasa, aku tak mengerti

Kau tahu caranya mengemudi?
Mengatur hati untuk kesana kemari
Memberikan arah yang berlari sendiri
Aku terjebak disini
Apa kau merasakan?
Ini bahkan tanpa sakit yang terbendungkan
Terbelenggu ingin dibebaskan
Kembalilah ini perasaan

Wisata Sejarah Tanah Kelahiran Benteng Pendem Ngawi

Benteng Van den Bosch atau lebih dikenal dengan sebutan Benteng Pendem terletak di Jalan Untung Suropati, Kelurahan Palem, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi. Tempat sejarah ini merupakan peninggalan Belanda sebagai pusat pertahanan di daerah Madiun dan sekitarnya selama Perang Diponegoro (1825-1830). 

Minggu, 12 Februari 2017
Saat itu saya sedang berlibur di Kota kelahiran saya yaitu Ngawi, lebih tepatnya di Desa Keraswetan, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi. Kebetulan saya dan mama saya berencana main ke rumah 'anak asuhan' mama saya dulu (re : anak PKL dari Ngawi ke Mojokerto, tinggalnya di rumah saya dan udah dianggap anak sendiri). Nah, rumahnya ini dekat dengan Benteng Pendem, bahkan ibunya pun kenal dengan penjaganya saking hapalnya daerah situ. Perjalanan dari rumah simbahku ke rumah anak tersebut kira-kira 30-45 menit. Eh tenang saja, kalian yang dekat dengan Alun-alun Ngawi, untuk bisa sampai ke Benteng ini cukup menempuh perjananan sekitar 2,5 km atau 10 menit perjalanan.

Sampai di rumahnya, kami ngobrol dan makan-makan, kemudian diajaklah saya jalan-jalan ke Benteng Pendem. Ssst, karena lumayan dekat, untuk bisa sampai ke lokasinya kami cukup jalan kaki dan menyebrangi sungai lho, sekitar 10 menit jalan kaki sambil ngobrol dan sampai deh!!
Naik perahu 'getek' menyebrangi Sungai Bengawan Solo
Masuk ke lokasi Bentengnya, kami disambut oleh penjaga dan pedagang kaki lima yang mangkal di sekitar gerbang masuk. Karena ibu yang membawa saya ini sudah kenal dekat dengan penjaganya, jadi kami langsung dipersilakan masuk begitu saja (anggap saja 'akamsi', anak kampung situ 😀), namun sepertinya untuk pengunjung yang lain dikenakan biaya tiket masuk lho, jadi lebih baik bertanya dulu sebelum masuk sini yaa. hehe
Halaman utama Pintu Masuk Benteng Pendem Ngawi
Karena saya disitu niatnya cuma foto-foto saja, jadilah ini saya lampirkan foto-fotonya yang tidak terlalu hits tapi bagus kok.
Mama saya juga ingin difoto yang instagramable

Foto di jendela bagian belakang, aksen/corak pelapukannya menambah kesan history yang kental
Salah satu spot foto yang laris manis, menuju ke Sarang Burung Walet
Bersama dede
Di samping pintu masuk, sebelah tenggara, terdapat tangga naik seperti foto di atas, tidak banyak yang spesial dari bagian atas ini, karena bangunannya sudah kosong dan tersisa tembok-tembok tinggi. Jadi foto di atas itu, lantai di belakang saya sudah bolong dan bisa dilihat lantai paling dasarnya.
Sepertinya ini bekas jendela dekat Pohon Beringin

Impression :
Benteng Pendem Ngawi sangat cocok untuk kalian yang ingin hunting foto, prewedding, post wedding, personal photoshoot, dan kelompok ataupun komunitas. Tempat ini juga bisa disewa untuk acara-acara atau event tertentu lho, tinggal hubungi saja pengurusnya dan diskusikan urusannya. Kalian yang demen wisata klasik, low budget, dan photoable, tempat ini bisa dijadikan salah satu wishlist next destination ya!!